Anak Kost "Luar Biasa"
Cerita ini datangnya dari sini, di kost ini, rumah kotak tanpa jendela, pengap tak bercahaya di batas
kota sepi. Sebut saja Reni, seorang mahasiswa dari Universitas (Teeett (Disensor)) tidak untuk dipublikasikan yoh. Dia seorang anak gadis dari desa seberang sana, entahlah desa apa namanya (Seringnya disebut desa seberang, seberang kali mungkin-ups kecoplosan). Sudah-sudah dari mana dia berasal itu bukan tujuan utama mengapa saya menulis ini, toh saya juga tidak kenal siapa dia sebenarnya. Ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan nama, tempat, dan waktu itu bukan kesengejaan, tapi kebetulan. Heh?!
Baik, kita mulai membaca dari sini. Lol, bukankah sudah dari tadi yah kita membaca, yo wess lanjutkan sajalah, no problem kan? :D
Reni, ya dia seorang gadis dengan kepiawaian memainkan gitar (baru belajar juga sih-katanya) baru belajar aja kok bangga. Noh, si Dodi sudah setahun menyusun skripsi masih juga belum selesai. Hahaha. Nyambung dimana yak. Heran. Bingung. Tertawa sendiri menulis ini. Kenapa juga si Dodi yang muncul. Kenapa bukan Lee Min Hoo (Kalau salah yah maaf, saya juga tidak banyak tahu artis korea-bukan penggemar korea-hanya dengar dari orang-orang yang banyak nonton-tontonan yang tidak layak sebenarnya) tapi ya sudahlah lagi-lagi itu bukan masalah yang harus dibahas disini. Kembali ke topik, Reni yang gayanya minta ampun so kampungan BEGETE begitue!
Bayangkan, bisa nggak? Saya juga masih buyar-buyar untuk membayangkannya ada, dengan pita dikiri dan kanan rambut ekor kudanya. Dia berjalan tanpa kaki, benar-benar luar biasa. Itu alasan mengapa saya menulis ini, dia itu sumber inspirasi. Datang tak di jemput pulang tak diantar-ya bisa dibilang mirip si Jelangkung (tiba-tiba angin berhembus "Huuuuuuussssstttssss" merinding... terdiam, dan GUBRAK ternyata ada kucing yang mengintip di luar pintu kamar... Hahaha hampir SHOCK!). Kawan-kawannya merasa iba, bahkan ada yah temannya namanya DJ "Dian Jelek"-aneh juga namanya, pantas cuma dipanggil DJ. sampai nangis-nangis nggak sanggup melihat Reni yang terus bermain debu setiap hari, rasa iba yang berlebih barangkali. Jadinya sedih juga dilebih-lebihkan, lebay. Kehidupan rasanya menjadi sedikit aneh juga akhir-akhir ini. Hampir kiamat barangkali yah. Aoo dende...
Kelebihan Reni yang lain itu yah dia mau saja membersihkan setiap sudut jalan dari bekas-bekas bibir tidak bertanggung jawab-botol air minum yang berserakan. Betapa mulia hatinya, saya saja dibuat nangis (akibat angin dari kipas angin yang diatas rata-rata) Hehehe. Sudah bertahun-tahun, bahkan untuk membiayai hidupnya yang sebatang kara di kota daeng ini, dia rela menempuh bermill-mill jalan untuk mencari sebongkah berlian-mulai dari mengumpulkan se-sen uang koin saja dulu, katanya direlung hatinya yang terdalam. Yah, begitulah hidupnya. Reni yang baru belajar memainkan gitar tua untuk ngamen, untuk biaya hidupnya esok hari, Reni bukanlah seorang mahasiswa yang tertulis diawal, itu sebenarnya angan-angannya sejak kecil. Namun, karena keterbatasannya dia tidak mampu mewujudkan mimpinya. Kasihan. Hening. Air mata mulai menemani jemari-jemari ini menari. Tersedu. Kagum. Haru. Dan akhirnya buyar imajinasiku.
Terkadang saya juga bingung. Bahkan berhalusinasi sendiri, membayangkan bagaimana Reni jika benar ada di dunia nyata ini.
Itu hanya sepenggal cerita dari anak kost yang gemar bermain-main di dunia khayal.Sekian dan Terima kasih.