Sabtu, 11 Januari 2014

Mengejar Ide Raih Mimpi


Bagaimana kita menciptakan ide?


Ada yang memaksaku memijakkan kaki ditempat itu, aku tidak ingin kalah oleh kemalasan yang bisa saja membuat kepalaku berputar 180 derajat, sehingga rasanya aku menjadi manusia tanpa usaha. Aku memilih jalan ini, dan kiranya memang sudah takdir aku harus menghadiri pertemuan hari ini; KASSA menanti, di BAGAS KOPI Maros. Langkahku terbilang selangkah lebih cepat, mungkin karena semangat yang berkobar-kobar; rindu kepada wajah yang baru kali pertama kutemui. Terlebih beberapa waktu lalu yang tak kuhadiri. Aku memberanikan diri meski tak banyak yang kukenal dan mengenalku. Aku menganggapnya sebagai pertemuan yang akan menjadikan kita satu dalam bagian tertentu; dalam satra mungkin. 

Hari ini menjadi satu diantara hari-hari yang tercatat penting dalam harianku. Terkenang hingga masa dimana aku akan melipat kelopak mataku; selamanya. Semoga pun sama untuk mereka. Mereka yang tersenyum menyambutku,  bak lebah yang menemukan bunga-bunga di padang rumput. (Hahaha. ngaco.).

Dan yang paling penting, hari ini aku kali pertama bertemu dengan seorang sastrawan daerah, kak "Lory Hendradjaya" namanya. Kata-katanya menelisik, menyudutkanku sebagai seorang yang harus belajar lebih banyak lagi; tentang tulis menulis, menyusun aksara-aksara menjadi sebuah makna dalam kata-kata, sehingga menjadi kalimat yang membangun mimpi. Membukakan pintu kemana saja (bukan Doko Demo Doa nya Doraemon, bukan), menembus distorsi ruang dan waktu kemasa lalu atau masa yang akan datang. Aku terkesimak, tersenyum sendiri dan mengangguk-paham sedikit-sedikit.  Dan itu memang benar, kucoba lagi menerawang makna kata itu yang menjadi motivasi untuk belajar lebih, lagi dan lagi. 
Haruskah dengan mencari tempat yang sunyi atau menyalakan lilin dalam kegelapan ?
"Ide itu tidak di tunggu, tapi dikejar."-Lory Hendradjaya. Amazing!!! Saraf-sarafku yang sudah lelah bangkit kembali, seperti mendapat sumber energi baru untuk jiwa kepenulisanku yang sudah lama tak terisi . Ide itu tidak hanya muncul disaat gelap gempita lalu menyalakan lilin dan duduk khidmat menunggu ide itu datang, karena ide bisa muncul dimanapun, kapanpun, dan oleh apapun itu yang ada disekitar kita, semuanya bisa menimbulkan ide. :)
Peta konsep ide
Senang rasanya, membuatku nyaman berada dalam posisiku yang terbilang jauh dari beliau, meski aku disibukkan oleh cerita yang terus terbayang-bayang di kepala. Aku masih tetap mendengar celotehnya tentang apa itu menulis dan kepenulisan. Bahwa untuk menjadi penulis lima tahun yang akan datang maka menulis itu harus dimulai hari ini.  Yah, kalau bukan hari ini kapan lagi? Maka kejarlah ide detik ini juga. Semangat jiwa-jiwa penulis. :)

Senin, 06 Januari 2014

Nelumbium nelumbo

Nelumbium nelumbo
Bunga Teratai
 Senin, 06 Januari 2014
Aku jatuh cinta, sungguh...
Kepada apa yang telah ada; diciptakan oleh Tangan tanpa wujudNya
Kekuatan di atas segala tahta; bertahta karena hendakNya
Lalu aku bisa apa?
 
Dengan segala rasa syukur kubersimpuh dalam dalam sujud...
Mengintip celah hatiku yang pernah merajuk
Dan aku percaya bahwa memang Dia satu-satuNya yang bisa menciptakan segalanya
Menjadi satu bagian yang utuh dan dikatakan sebagai kehidupan
KepadaNya semua kembali dan kembali semua kepadaNya


Seperti biasa, hari Senin selalu kugeluti dengan praktikum Morfologi Tumbuhan yang memerlukan berbagai jenis tumbuhan untuk diamati, yang "kata" sebahagiaan orang-yang tidak mengerti tujuannya, hanya merusak tanaman; merusak lingkungan. Sungguh itu pemikiran yang kurang baik terhadap "kami" menurutku. Sebab, kami pun sama tidak tega merusak mereka (baca: tumbuhan),  karena jujur kami cinta alam, sungguh. Hanya saja aku dan mereka yang duduk disana dituntut untuk mengetahui, juga mengamalkan pengetahuan. Lalu apa kami salah?

Sudahlah... itu bahagian dari pendidikan, menuntut ilmu itu kewajiban, pun yang dikatakan ilmu dunia maupun ilmu akhirat. Semua harus sama diketahui; harus berimbang; jujur; adil dan makmur, bukan sekedar mengunyah lalu dimuntahkan, butuh ditelan dan dicerna agar bisa mengenyangkan. Benarkan? Lalu mengapa masih menyalahkan mereka yang bicara? Mereka tidak salah, meskipun tidak semua benar. Iyakan? Mengertilah!

Berlanjut ke topik pembicaraan...
Sebelum masuk praktikum setiap kelompok harus menyiapkan bahan-bahannya, kurang satu minus 5, artinya tidak boleh kurang. Pemaksaan kehendak, padahal tidak semua tanaman berbunga pada waktu yang sama. Lalu kami bisa apa? Pasrah, terima apa adanya. Karena nilai tidak menjamin kebahagiaan, yang terpenting adalah ilmunya (wejangan eyang). Bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis), melati (Jasminum sambac), asoka (Ixora coccinea), Bunga pepaya (Carica papaya), Putri malu (Mimosa pudica), kembang merak (Caesalpinia pulcherrima), kembang telang (Clitoria ternatea), kemiri (Aleurites moluccana), mangga (Mangifera indica), tapak kuda (Centella asiatica), ciplukan (Physalis angulata), kumis kucing (Orthosiphon stemineus), bunga matahari (Helianthus annus), adam hawa (Rhoeo discolor), jagung (zea mays), bunga tasbih (Canna indica), sampai bunganya pisang (Musa paradisiaca) pun diwajibkan ada, beruntung tidak disuruh membawa bunga bangkai (Rafflesia arnoldi) yang dari namanya terkesan keren dan ternyata itu menipu. Tidak semua bahan itu kami dapatkan, dan akhirnya diminus juga. Rejeki hari ini mungkin hanya itu saja. Bersyukur. Salah satu bahan yang harus ada saat praktikum yaitu taaaaaaddaaangngng Nelumbium nelumbo. Yah, bunga teratai. Siapa yang tidak mengenal bunga yang satu ini? Uh kasihan. Silahkan searching di internet untuk tahu lebih banyak, atau bertanya saja langsung dengan temanku yang sangat suka dengan bunga yang satu ini (lirik: Nurjayanti Anti Lotus), entah dari mana seluk beluk dia menyukai tanaman ini. Mungkin dari karakteristik khas yang dimilikinya atau apapun itu aku masih belum tahu pasti. Dan, hari ini... aku merasa jatuh hati, jatuh cinta kepada tanaman yang sama. Bukan ikut-ikutan, tapi memang aku merasakan ada kuasa Allah di dalamnya sudah pasti; tidak diragukan lagi.

Aku merasa senang, ketika membuka kuncup bunga itu. Letak putik dan benang sarinya berbeda dari bunga lain yang pernah kulihat. Pemandangan yang indah disana, seperti tajuk yang siap membawaku kesisi lain dunia. Mengitari semesta yang tidak terlihat, sampai ketempat yang mungkin tak seorang pun bisa melewatinya; kecuali aku. Ah... hayalanku melanglang buana lagi, memaksaku untuk menulis ini. Aku senang, bisa bertemu dengan bunga itu secara langsung hari ini. Berharap nanti bisa kutemui yang lebih dan lebih lagi. Manusia yah memang begitu adanya kan? Tidak pernah merasa puas. Selalu ingin mencoba dan mencoba hal yang baru. Begitu juga aku. :D

Ada yang terlupakan, saat membaca kembali tulisan ini. Perlu ditambahkan, nama-nama latin itu sebagianya dicontek dari buku Binomial nomenclature milikku. Karena untuk menghapalkan semuanya aku tidak sekuat itu. Ingatanku tidak mampu menampung nama-nama aneh bin tidak biasa dikepalaku. Jika demikian adanya, aku minta maaf. :D

Rabu, 01 Januari 2014

Tabe' Matata

Tunggu, aku tertipu. Sungguh. Aku kira aku salah menempatkan diriku, sehingga semua mata mengarah padaku. Apa aku harus kembali mundur? Lalu menghitung dan mengurangi langkahku? Tapi tunggu! Aku tertipu, engkau tahu?! Tidak semuanya menjadi beban yang harus kuemban sendiri. Karena rasanya Dia yang membawaku kesini, di ruang yang penuh mimpi. Membangunkanku dari tidur yang kemarin, memberi warna dihidupku yang suram; kelam tak berarti apa-apa.

Tapi, apakah engkau tahu? Tatapan mata itu menyiksaku. Meninggalkan bekas tersayat di dalam dadaku. Mata itu seolah mengutukku, memberi mantera untuk memusnahkanku. Katakan padanya "Aku tidak takut!" karena dalihnya diapun seorang hamba yang harus dikutuk.

Kejamnya...
Sedangkan aku tidak berbuat apa-apa. Aku hanya mengikuti takdirku hingga hari ini, tapi mengapa dia merasa aku mengganggu. Jalan disampingnya pun aku tak berani. Aku punya jalanku sendiri; sebuah setapak yang tersusun rapi, diantara dinding yang berjejer kokoh. Dan mata itu, kenapa masih sibuk sendiri?